Rabu, 27 Juli 2011

Ibu Tak Bekerja, Anak Lebih Sehat

Permasalahan umum yang dihadapi oleh keluarga modern adalah saat ibu bekerja. Saat ibu bekerja, pasti akan mengurangi kualitas dalam pola pengasuhan anak khususnya dalam memonitor tumbuh kembangnya. Ternyata fenomena ini terbukti dalam penelitian bahwa ibu tidak bekerja, ternyata memiliki anak yang lebih sehat. Tetapi, bukan berarti ibu tidak boleh bekerja. Ada beberaspa kiat khusus dalam menyiasatinya agar masalah tersebut tidak terjadi pada anak yang ditinggalkan ibunya bekerja.

Penelitian terkini menyebutkan bahwa seorang anak yang memiliki ibu yang bekerja umumnya tidak lebih sehat dibanding anak-anak dengan ibu rumah tangga yang tidak bekerja. Di Inggris, saat ini hampir dua dari tiga anak usia balita memiliki ibu yang bekerja dan jumlah ini kemungkinan besar akan terus meningkat. Namun yang mengkhawatirkan, hasil riset terbaru menyebutkan kondisi seperti ini bisa berpengaruh terhadap kesehatan si anak.

Anak-anak dengan ibu yang bekerja akan kurang diberikan perhatian dan cenderung lebih sering menghabiskan waktu di sekolah atau tempat les, menonton televisi lebih dari dua jam sehari, dan tidak terkontrol dalam hal asupan makanan demikian diungkapkan Telegraph. Mereka pun lebih sedikit mengkonsumsi buah dan sayuran sebagai salah satu sumber vitamin yang menyehatkan tubuh.

Survei yang dilakukan Institute of Child Health, London, terhadap sekira 12.000 balita di Inggris menemukan bahwa anak-anak dengan ibu yang bekerja penuh lebih sedikit makan buah dan sayuran. Namun kondisi ini tidak terjadi pada anak-anak yang ibunya bekerja paruh waktu. “Hasil riset yang kami kemukakan bukan untuk menyarankan para ibu agar tidak bekerja,” kata dokter anak, Profesor Catherine Law. “Temuan ini lebih menekankan pentingnya kebutuhan akan kebijakan dan program untuk mendukung para orangtua dalam menciptakan lingkungan yang sehat bagi putra putri mereka,” tambahnya.

Hasil survei menunjukkan, sekira 60 persen wanita yang memiliki anak usia balita di Inggris dan AS adalah seorang ibu yang bekerja. “Ketidakluwesan jam kerja sangat mungkin membatasi kapasitas para orangtua dalam mendampingi putra putri mereka dalam aktivitas fisik dan menyediakan makanan sehat,” terang Law. Dari studi ini juga diketahui bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga menengah ke bawah mengalami masalah yang sama.

Penelitian tersebut akan lebih membuka wawasan para orang tua bahwa fakta tersebut mungkin saja dialami anak di Indonesia. Fenomena tersebut bukan berarti harus merekomendasikan ibu harus berhenti bekerja. Tetapi paling tidak harus diantisipasi berbagai dampak yang terjadi pada anak.

  • Perencanaan yang baik dan terukur bagi segala pola asah, asih dan asuh aktifitas anak yang dilakukan oleh pengganti orang tua harus senantiasa dilakukan.
  • Pola pemberian nutrisi adalah masalah utama yang dihadapi oleh orangtua. Hal ini akan menjadi lebih bermasalah apabila anak mengalami kesulitan makan, alergi makanan dan gangguan perilaku.
  • Intervensi stimulasi perkembangan juga senantiasa tidak diabaikan untuk jadi perhatian. Stimulasi tersebut dapat berupa berkomunikasi, bernyanyi, bercerita, perhatian dan kasih sayang dan berbagai bentuk intervensi dan stimulasi.
  • Kekerasan terhadap dalam bentuk apapun harus selalu di antisipasi. Karena dalam fakta yang terjadi justru sebagian kekerasan pada anak justru dilakukan bukan oleh orang asing tetapi orang terdekat di lingkungan anak.
  • Komunikasi yang sering harus dilakukan kepada pengasuh anak di rumah meskipun pengasuh itu adalah keluarga atau neneknya sendiri.
  • Orangtua sebaiknya harus mendampingi saat anak harus berkonsultasi ke dokter anak saat imunisasi atau saat anak sakit. Karena seringkali informasi dari dokter yang sangat penting diabaikan oleh pengasuhnya.
childrenclinic

0 komentar:

Posting Komentar